Memadukan
unsur hiburan sekaligus pendidikan dalam film menurut saya tidaklah mudah.
Apalagi ketika film yang diangkat adalah tentang salah seorang sahabat Nabi. Bilal A New Breed of Hero berusaha
menghadirkan keduanya dalam bentuk film animasi yang memikat.
Biaya untuk
pembuatan film ini sendiri konon menghabiskan 30 juta dollar, dengan digarap oleh
250 animator selama 8 tahun. Tak sia-sia, sang sutradara Ayman Jamal menuai
sukses dengan berbagai penghargaan yang diterima film ini. Salah satunya adalah
The Best Inspiring Movie di Festival
Film Cannes.
Saya menonton
film Bilal A New Breed of Hero ini
bersama anak dan istri. Awalnya, saya kira film ini hanya menceritakan kisah
masa kecil Bilal sang muadzin. Sebab yang ditampilkan di awal adalah Bilal
kecil yang sedang bermain perang-perangan. Bilal dan adik perempuannya,
Ghufaira, hidup bahagia bersama ibu mereka. Kasih sayang dan nasihat-nasihat
sang ibu kelak membentuk pribadi Bilal sebagai seorang pejuang.
Saya
kemudian baru ngeh, kalau film ini
tidak hanya layak ditonton anak-anak setelah terus mengikuti kisahnya. Bagaimana
Bilal dan Ghufaira kemudian diperbudak oleh Umayyah. Saat menjadi budak, Bilal
banyak belajar, berpikir, dan merenung. Terutama mengingat-ngingat kembali
nasihat ibunya. Salah satu amanat dari sang ibu adalah, agar Bilal selalu
menjaga adiknya.
Dalam
beberapa kesempatan, Bilal bertemu dengan sahabat Rasulullah, Abu Bakar
Ash-Shiddiq. Dari sanalah Bilal mengenal Islam sehingga kemudian ia memutuskan
untuk menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Kabar ini terdengar oleh Umayyah. Ia
marah besar. Lalu diseretnya Bilal dan diletakkannya di atas pasir yang
terpanggang terik. Tubuh Bilal dicambuk kemudian diletakkan batu besar di atas
dadanya. Bilal tak menyerah, sedikit pun imannya tak goyah. Ia berucap, “Ahad…
Ahad..”
Abu Bakar
yang menyaksikan itu meminta Umayyah melepaskan Bilal dan sebagai gantinya Abu
Bakar siap menebus dengan sejumlah uang. Harga yang ditawarkan Umayyah begitu
mahal, tapi Abu Bakar memenuhinya. Bilal bebas. Tinggal Ghufaira yang belum.
Ghufaira telah menjadi milik Safwan, putra Umayyah. Safwan tak mau melepasnya
meski dengan imbalan uang yang banyak.
Setelah
bebas, Bilal menjadi pejuang Islam yang luar biasa. Ia turut serta dalam perang
badar dan uhud. Dalam perang badar, Bilal membunuh mantan majikannya Umayyah.
Cerita terus berlanjut hingga kemudian Bilal yang pertama kali mengumandang
azan dengan lantang di atas ka’bah pada peristiwa fathu makkah. Penaklukan
Mekkah.
Film Bilal A New Breed of Hero ini barangkali
memang belum bisa menggambarkan sosok Bilal secara utuh. Karena hanya dengan
durasi sekitar 2 jam, berbagai peristiwa pun berlangsung begitu cepat. Belum
ada juga diceritakan isyarat Nabi yang mengatakan bahwa terompah Bilal
terdengar di surga.
Tapi bagi
saya film ini cukup menghibur. Selain masa kecil Bilal yang penuh canda bersama
Ghufaira, ada salah seorang karakter bertubuh gemuk yang selalu mendukung
Umayyah. Ia tak lain adalah seorang penjual budak dan berhala. Karkternya lucu
dan membuat yang menontonnya tak bisa menahan tawa.
Kalau
dikatakan bahwa dalam film ini sama sekali tidak menyebut nama Nabi Muhammad
SAW, menurut saya tidak juga. Seingat saya, ada diucapkan dalam film itu meski
memang tidak banyak. Kemungkinan menurut saya, untuk menghindari kekeliruan
sejarah dan pemunculan karakter yang menyerupai sosok agung beliau meski hanya
berupa suara. Sebagai “ganti”, Abu Bakarlah yang paling sering dimunculkan.
Kontroversi
lainnya tentang film Bilal A New Breed of
Hero ini adalah, sebagian orang yang mengatakan bahwa Bilal menjadi turun
derajat dan kehormatannya karena film ini. Saya tak mengerti pada bagian mana
yang dimaksud. Jujur, saya tak menemukannya. Saya tak menemukan sama sekali
bentuk pelecehan terhadap sahabat Nabi yang mulia ini. Justru, film ini ingin
mengangkat sosok Bilal agar lebih dikenal, utamanya oleh anak-anak dan pecinta
film animasi. Agar tak selalu film animasi kita berkisah fiksi yang terkadang
tak membawa manfaat. Oleh karena itu, film ini oleh pembuatnya diberi judul: Bilal, A New Breed of Hero.
Bisa jadi
orang-orang yang melemparkan tuduhan negative pada film ini belum melihat
filmnya secara utuh sama sekali. Barangkali hanya melihat trailernya saja dan
kemudian langsung menyimpulkan.
Saya
sarankan film ini sebagai sarana hiburan sekaligus pendidikan, tidak hanya untuk
anak-anak tapi juga untuk dewasa. Mudah-mudahan setelah menontonnya, muncul
ghirah untuk menajdi bagian dari orang-orang yang berjuang untuk tegaknya
dienul Islam.
0 komentar:
Posting Komentar