Kepo itu
berbahaya. Tapi kepo yang didasari insting tajam, berhasil menguak kebenaran.
Itulah yang dialami Rachel (Sara Mitich). Di tengah kandungannya yang semakin
besar, ia dan suami memutuskan pindah dari kota yang rawan kejahatan ke sebuah
perumahan di pinggiran.
Di sanalah
Rachel bertemu dengan orang-orang baru dengan beragam karakternya. Ada Yvonne
(Adrianne Marrell), ibu muda yang sibuk jongging dan enggan mengurus anaknya.
Ada Grace (Valerie Boyle) yang tukang ramal dan suaminya yang pendiam setia
bersama anjingnya. Dan, ada Sandy (Brigitte Kingsley) yang tampak ramah.
Saat
pertama kali bertemu, Sandy ngobrol dengan begitu cair, membantu Rachel menata
kamar calon bayinya. Tentu saja Rachel senang, mendapatkan tetangga yang baik
dan perhatian.
Tetapi itu
tak berlangsung lama. Rachel mulai merasa ada yang lain dalam diri Sandy.
Rentetan peristiwa pun berkelindan. Mulai pertengkaran Yvonne dan suaminya yang
terlihat oleh Rachel kemudian ia laporkan pada polisi, Sandy yang membeli
poster “Alice in Wonderland”, persis seperti poster di kamar calon bayinya.
Semua itu disaksikan Rachel dari balik tirai jendela kamarnya.
Insting
Rachel semakin kuat, bahwa ada yang salah dengan diri Sandy. Tetapi ia harus
membuktikannya. Sementara ia harus terkurung dalam kamar, ibu mertuanya,
Patricia (Nola Augustson) tak membiarkan Rachel banyak beraktivitas. Apalagi ke
luar rumah. Tapi kecemasan Rachel semakin kuat. Setelah berhasil mencuri kunci
kamar Sandy, Rachel diam-diam keluar dan masuk ke rumah Sandy.
Rachel |
Betapa
terkejut ia. Apa yang dilihatnya benar. Sandy yang mengaku tak pernah punya
anak ternyata pernah hamil. Ada foto ia dan suami. Sandy juga membuat kamar
anak yang mirip dengan kamar anak milik Rachel. Tetapi Rachel kepergok.
Setelah
kejadian itu, Rachel bertengkar dengan suaminya, Peter (Kristian Bruun), juga
dengan ibu mertuanya. Mereka percaya bahwa kecemasan Rachel terlalu berlebihan.
Mereka tak percaya dengan apa yang dikatakan Rachel. Sehingga mereka membawa
Rachel ke dokter untuk ditenangkan.
Hal ini
diperkuat dengan riwayat Rachel yang pernah mengalami depresi dan trauma di
rumahnya yang lama. Jadi mereka menganggap Rachel berhalusinasi, mengada-ada
tentang Sandy.
Tapi
akhirnya, kecemasan Rachel terungkap. Sandy benar-benar seorang yang jahat. Ia
menculik seorang bayi dan dibawa ke rumahnya. Rachel dan bayinya hampir saja
turut menjadi korban. Tapi beruntung, semua berakhir dengan happy ending.
Semua Bermula Dari Intipan
Dalam A
Deadly View, peristiwa demi peristiwa terjadi, bermula dari intipan dari balik
tirai jendela kamar Rachel. Dari sudut itu, ia bisa melihat perilaku para
tetangganya. Dari perilaku itu, menimbulkan persepsi, dugaan, hingga kecemasan.
Kecemasan
sekaligus kepedulian Rachel yang tinggi, ditambah naluri seorang perempuan dan
calon ibu, yang membuat Rachel tidak bisa diam. Dia berusaha mengungkap apa
yang ia yakini sebagai kebenaran. Meski ia harus berhadapan dengan
ketidakpercayaan dari orang-orang terdekatnya.
Ia berusaha
mengungkapnya sendirian, meski ia tahu resikonya sangat besar. Hampir-hampir
nyawanya melayang.
Menurut
saya, alur yang dibangun Andrew Cymek dalam film ini sudah cukup bagus, meski
masih terasa beberapa keganjilan jika dinalar dengan logika. Misal, saat Sandy
mengeluarkan bayi dari dalam mobilnya. Bisa terlihat jelas oleh Rachel dari
jendela. Padahal ia tahu bahwa Rachel sering mengintipnya dari balik tirai
jendela. Seharusnya ia bisa mengambil spot lain agar tidak kelihatan oleh
Rachel.
Sementara
konflik yang terjadi dalam film A Deadly View kurang begitu terasa untuk sebuah
film bergenre thriller. Ketegangan yang dibangun kurang begitu kuat. Hanya di
akhir-akhir saja. Backsound seharusnya bisa mendukung suasana dan mempercepat
klimaks, tapi saya lihat sangat kurang dalam film ini.
Jadi, untuk
sebuah film thriller, A Deadly View masih layak dikasi rate 3 poin dari 5.
0 komentar:
Posting Komentar