Kalau Anda
tidak memiliki stok kesabaran yang cukup, saya sarankan sebaiknya tidak
menonton film The Wall ini. Film ini hanya akan bikin dada Anda sesak selama
hampir 2 jam.
The Wall,
sebuah film perang yang lebih tepat sebagai “sisa-sisa” perang mengetengahkan
dua tentara Amerika yang melakukan misi penyamaran untuk menemukan sniper Irak
yang telah menewaskan banyak orang. Puluhan jam mereka mengintai menggunakan
teropong, tetapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di seberang tembok.
Sersan Matthews
(John Cena) tidak sabar, dan memutuskan untuk melihat-lihat. Dengan senjata
lengkap ia berjalan di sekitar tembok, menemukan banyak orang tewas dengan
kepala berlubang. Konon, sniper Irak itu terkenal kejam, selalu menembak musuh
tepat di kepala.
Tak lama
berjalan, sebuah tembakan datang. Mengenai badan Matthews. Melihat atasannya
terluka, Isaac (Aaron Taylor-Johnson) pergi menyusul. Tapi malang, Isaac pun
tertembak, luka besar menganga di lututnya.
Tayangan berikutnya,
adalah bagaimana Isaac bertahan dari gempuran sniper Irak. Ia berlindung di
balik The Wall, di balik tembok. Ia mencoba menghubungi markas tetapi tidak
berhasil. Yang terjadi justru, ia berkomunikasi dengan si penembak jitu. Demikianlah
yang mendominasi lebih dari separuh film ini.
Film
garapan Doug Liman ini, akan membuat Anda bosan jika Anda membayangkan bahwa
film perang ini adalah film yang di dalamnya peluru, bom, dan rudal saling
ditembakkan. Ini hanya film tentang dua tentara yang bertahan hidup di balik
tembok. Bukan dua. Satu tentara, yaitu Isaac. Matthews sendiri akhirnya
menyusul yang lain, tewas tertembak di kepala.
The Wall,
sepertinya sangat menghemat dari sisi budget produksi. Tidak hanya karena
dimainkan tiga orang tokoh saja, lokasi syutingnya pun tidak pindah sama
sekali. Hanya di sekitar tembok itu saja.
Tidak jelas
juga pesan apa yang ingin disampaikan film ini. Endingnya juga tidak
menyenangkan, meski hampir ditutup dengan selamatnya Matthews karena datang
pertolongan dua helikopter angkatan udara Amerika.
Tapi
mungkin film ini bisa jadi referensi Anda ketika sendiri dan bertahan di suatu
tempat karena terluka. Bahagaimana Isaac membalut lukanya, menahan sakitnya,
mengeluarkan peluru dari lututnya, hingga bersiap siaga dan mempertahankan
diri. Hanya satu yang tak perlu ditiru: caranya berkomunikasi dengan musuh.
Pengulas: Rafif Amir
0 komentar:
Posting Komentar