Film The
Ticket tidak berkisah tentang “tiket”. Ia hanyalah simbol dari sebuah cerita
yang diulang-ulang oleh James (Dan Stevens), sang tokoh utama. Kurang lebih
begini: seorang lelaki berdoa setiap malam kepada Tuhan, selama 50 tahun. Ia
berdoa agar Tuhan berkenan mengkaruniakannya menang lotere. Karena demikian
sunguh-sungguhnya sampai-sampai malaikat iba dan berkata kepada Tuhan, “Mengapa
Engkau tak mengabulkan permohonannya?” Tuhan menjawab, “Aku sangat ingin
mengabulkan doanya. Hanya saja masalahnya, ia belum beli tiket lotere.”
Tiket
lotere. Itu kata kuncinya. Perumpamaan bahwa Tuhan hanya akan mengabulkan
permintaan yang diiringi dengan usaha dan kerja keras. James merasa mendapatkan
tiket itu. Setelah bertahun-tahun ia dan istrinya Sam (Malin Akerman) hidup
dalam kesederhanaan, sebuah keajaiban tiba-tiba terjadi. James yang buta sejak
remaja, tiba-tiba bisa melihat dunia. Betapa gembira hatinya. Tidak hanya Sam,
tapi juga Jonah (Skylar Gaertner) anak kandungnya yang semakin merasakan kasih
sayang seorang ayah.
Tetapi itu
tidak bertahan lama. Setelah James naik jabatan, kekayaan sudah dalam
genggaman, mata yang dulu buta itu kini tertarik pada wanita lain, rekan
sekantornya. James selingkuh. Ditinggalkanlah istrinya. Berusaha dicari-cari
kesalahan Sam. Ia menuduh Sam mau menikahinya hanya karena kasihan, bukan
cinta.
James lupa.
Lupa mensyukuri karunia yang diberikan Tuhan untuknya. Ia pun mulai merendahkan
orang lain. Ia tak lagi tertarik pada istrinya. Ia tak mengindahkan nasihat
sahabatnya, Bob (Oliver Platt). Ia bergelimang dalam hasrat dan kesenangan
pribadinya.
Sampai
kemudian Tuhan menghukumnya. Penglihatannya mulai kabur. Semakin lama semakin
parah. Di titik itulah ia tersadar. Ia meraung-raung, meminta maaf pada Tuhan.
Berkali-kali ia melontarkan kata-kata ini: “Aku bersyukur atas semua yang
kumiliki. Aku bersyukur dengan apapun yang ada dalam hidupku. Aku menikmati
hidupku setiap hari. Aku tidak memandang rendah orang lain.”
Ia mencoba
kembali pada sahabatnya. Ia mencoba kembali pada istrinya. Mereka adalah
orang-orang yang setia menemani James ketika masih buta dulu. Yang kemudian
dicampakkannya.
The Ticket,
film buah karya Ido Fluk ini mengajarkan kita tentang bagaimana mensyukuri
nikmat dan karunia dari Tuhan, dengan tidak menjadi rakus, dengan tetap rendah
hati. Ujian kesabaran yang paling berat bukan saat kita tak memiliki apa-apa,
bukan saat kita miskin dan papa, tapi justru ketika sudah diliputi dengan
kesenangan, ketika sudah melampaui dari apa yang pernah diimpikan. James, dalam
hal ini, tidak lulus menghadapi ujian dari Tuhan.
Kisah yang
mirip dengan ini mungkin sering kita dengar. Tidak hanya dalam dongeng atau
cerita rekaan, tapi cerita-cerita shahih yang pernah tersiar. Ini menunjukkan
betapa manusia begitu mudah lupa kepada yang telah memberinya karunia. Ia
merasa itu adalah kerja kerasnya, lalu ia melupakan Tuhan.
0 komentar:
Posting Komentar