Susannah Cahalan (Chloe Grace Moretz), jurnalis perempuan yang cemerlang dalam karirnya di sebuah media ternama. Semua berjalan baik-baik...

Home » , , » Brain On Fire, Kisah Nyata Jurnalis Perempuan yang Divonis Bipolar

Brain On Fire, Kisah Nyata Jurnalis Perempuan yang Divonis Bipolar

Susannah Cahalan (Chloe Grace Moretz), jurnalis perempuan yang cemerlang dalam karirnya di sebuah media ternama. Semua berjalan baik-baik saja, sampai kemudian ia merasa ada yang aneh dengan dirinya. Kepalanya terasa pusing dan sering kehilangan konsentrasi. Fase berikutnya ia mengalami semacam halusinasi. Seperti misalnya, ia merasa kran air menetes terus-menerus, padahal tidak.

Suatu hari, ketika sedang bersama pacarnya, Stephen (Thomas Mann), tiba-tiba ia tak sadarkan diri dan mengalami kejang. Stephen melarikannya ke rumah sakit. Sejak saat itu, ayah dan ibu Susannah mulai semakin perhatian padanya. Tom Cahalan (Richard Armitage) dan Rhona Nack (Carrie-anne) sudah bercerai, masing-masing dari mereka telah menikah lagi.

Susannah bergantian tinggal dengan ibu dan ayahnya. Malam hari, saat dinner bersama ayah dan ibu tiri, Susannah tiba-tiba menuduh Giselle, ibu tirinya itu telah mengatakan sesuatu yang membuatnya tersinggung. “Dia mengatakan saya anak manja nakal,” kata Susannah. Padahal kenyataannya, Giselle tak mengatakan apa-apa.

Susannah Cahalan kembali mengalami kejang. Kali ini ia mendapatkan perawatan yang serius dari tiga orang dokter ahli. Tom dan Rhona sudah memutuskan untuk bekerjasama menjaga anaknya. Ia dirawat di ruangan khusus dengan banyak kabel di kepalanya. Tetapi satu kali ia berusaha melarikan diri. Ia mengaku tidak betah, karena ia seperti mendengar semua orang berbicara tentangnya. Ia mendengarnya dengan jelas dan keras.

Sampai di sini, cerita Susannah ini mengikatkan saya pada seorang perawat, teman istri saya, yang pernah bekerja di rumah dan mengatakan banyak suara-suara di sekitar yang membicarakan dirinya. Belum lagi perilaku ganjil lain yang ditampakkanya. Istri kemudian memutuskan memberhentikannya.

Susannah Cahalan didiagnosis oleh psikiater mengalami bipolar, tetapi dokter lain mengatakan ia menderita skizofrenia atau psikotik. Mereka meminta pada keluarga agar Susannah dipindahkan ke rumah sakit jiwa. Namun Tom dan Rhona tak langsung percaya. Ia ingin bukti yang jelas. Secara jujur, akhirnya dokter mengakui bahwa penyakit Susannah belum diketahui.

Dr. Khan, salah seorang dokter yang menangani Susannah, akhirnya meminta bantuan dr. Souhel Najjar. Dari pemeriksaan, ditemukan bahwa Susannah menderita biopsi otak, sebagian otak meradang.

Film Brain on Fire besutan Gerrard Barrett ini kemudian menayangkan bagaimana pemeriksaan lanjutan dimulai. Sebagian tubuh Susannah sudah mati rasa, dan ia seperti mayat hidup. Tapi dokter mencoba berkomunikasi dengannya. Susannah diminta menggambar jam dinding dan menuliskan angka 1-12 di dalamnya. Hasilnya, ia menulis angka 1-12 hanya di sebelah kanan lingkaran. Pemeriksaan lainnya dengan teknologi MRI terus dilakukan.

“Otaknya terbakar dan diserang oleh tubuhnya sendiri,” kata dr. Najjar. Saya sendiri tak paham bagaimana maksudnya. Tepatnya, Susannah yang awalnya divonis bipolar ternyata mengidap Anti NMDA Receptor Enchephalitis. Saya juga tak terlalu paham maksudnya. Mungkin ini yang sekaligus jadi kelemahan film Brain on Fire ini. Kurangnya aspek edukasi terhadap penyakit yang dari namanya saja masih terdengar asing bagi saya. Konon, Susannah adalah pasien ke-217 yang menderita penyakit langka ini.

Banyak yang mengira penyakit ini sama dengan bipolar. Gejalanya banyak kemiripan memang. Saya sedikit banyak tahu, setelah mengenal teman yang mengidap bipolar. Ada swing yang cepat antara manic dan depresi. Ini juga dialami Susannah dalam film. Saat di kantor ia merasa sedih, tapi sejurus kemudian tiba-tiba bahagia berlebihan.

Setelah sembuh dari penyakitnya, Susannah memulai kembali belajar berjalan, belajar cara tersenyum, dan belajar menulis. Ia menulis sebuah buku berjudul Brain on Fire yang menginspirasi banyak orang, sehingga banyak sesame penderita yang terselamatkan.




1 komentar:

  1. megashare9 - Let me start by stating I gave this movie a 10. OK.. may be got too excited but it doesn't deserve anything less than a 8. The negative comments are beyond my understanding. The story is based on true events. So obviously the end of the movie will depict what happened in reality. But I loved the ending. you have to watch this. The acting done by every one specially Chloe and the Dad was simply amazing. The direction of the movie was great. Gives you something to watch. You stay hooked to this movie till the end. I mean for me i wish the movie was a bit longer. It ended too soon. If I'm not wrong, I think they call it giving depth to the character. And that has been done brilliantly in this movie. No spoilers. But its a much watch. Ignore the negative comments and the low rating. If nothing, I Promise you once your done, u would have learned something new about medical science. But that is just an understatement.
    See more:
    watch into the badlands online free
    harry potter and the chamber of secrets full movie
    watch all the money in the world putlocker
    super troopers 2 putlockers

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.