Film From a
House on Willow Street sama sekali tak memiliki konsep cerita yang menarik. Menontonnya
tak jauh beda dengan masuk ke dalam rumah hantu. Benar ada kejutan, ada
ketegangan, ada horror, suasana mencekam, ketakutan. Itu saja. Lainnya nol
besar.
Jadi saya
tak akan mengulas terlalu panjang film ini, karena memang tak ada plot yang
bisa diulas. Dari awal pun saya sudah bisa menebak bahwa Katherine (Carlyn
Burchell) memiliki kemampuan telekinesis, hanya sepertinya ada sesosok makhluk
gaib di dalam tubuhnya.
Sejak
pertama ditangkap di rumahnya, saya sudah meyakini ada yang ganjal, karena ia
tak melawan meskipun ada kesempatan untuk melawan. Hazel (Sharni Vinson) dan
kawan-kawannya yang semula hanya berniat menyandera harus merasakan ketegangan
tanpa jeda akibat ulah Katherine.
Dari awal,
suasana horror sudah terasa. Tapi kemudian semuanya buyar gara-gara dihadirkan
penampakan-penampakan ala film hantu Indonesia. Apalagi kemudian makhluk gaib
yang merasuki Katherine meminta tumbal.
Setelah
tumbal didapat, korban berubah menjadi sosok yang sama seperti Katherine. Kali
ini mirip-mirip film zombie. Jadi sebenarnya, ini film hantu atau zombie sih?
Film From a
House on Willow Street ini disutradarai oleh Alastair Orr. Dan bagi saya gagal
menjadi film horror yang bagus. Fluktuasi ketegangannya pun cenderung stabil
dan stagnan, padahal film horror yang baik menurut saya memiliki fluktuasi
ketegangan yang kadang kala kontras dan tiba-tiba. Suasana mencekam yang
berubah santai, atau suasana santai yang tiba-tiba mencekam. Cara inilah yang
membuat film horror menjadi lebih berbobot.
Kalau tentang
backsound dan artistict effect kiranya tidak perlu saya komentari lebih jauh. Dalam
semua film horror, rumusnya kurang lebih sama. Ini hanya tentang bagaimana
membuat pengisahan yang menarik. Kisah horror yang apik. Bukan hanya
menakut-nakuti. Dan itu yang paling penting.
Pengulas: Rafif Amir
0 komentar:
Posting Komentar