Film Geostorm sebenarnya tidak masuk dalam daftar film
yang ingin saya tonton. Saya pikir, film tentang bencana alam ujung-ujungnya
sama saja. Kisahnya pun mudah ditebak. Tapi rupanya benak saya susah
dikendalikan dari bayang-bayang film ini. Geostorm
menjadi perbincangan dimana-mana, meski saya tak pernah tertarik untuk membaca
ulasannya.
Kecuali ketika hendak menulis review ini. Dan bolak-balik
saya salah menulis Geostorm menjadi “Geostrom”. Bisa jadi ini adalah pertanda.
Pertanda bahwa sebenarnya saya kurang menyukai film ini. Eits, jangan
terburu-buru menutup ulasan saya. Saya tidak mengatakan bahwa film Geostorm
jelek. Hanya saja, pada kesempatan ini, saya hendak membedah borok-boroknya.
Film yang disutradarai oleh Dean Devlin ini menurut
saya amburadul dalam segi pengisahan. Tidak jelas apa yang menjadi fokus utama.
Semua dijejalkan ke dalam film, seolah-olah semuanya penting. Geostorm memang
bergenre thriller, tapi film thriller yang gagal.
Kita lihat bagaimana sang tokoh utama, Jake Lawson
(Gerald Butler) yang membangun Dutch Boy, sebuah sistem stasiun luar angkasa
yang dapat mengendalikan cuaca dipecat dari pekerjaannya, kemudian dipekerjakan
lagi, kemudian aksi heroiknya menyelamatkan tim saat kehancuran total terjadi
pada satelit. Dengan pengorbanan dan perjuangan yang paling gagah, akhirnya ia
bisa menyelamatkan diri dan kembali ke bumi.
Dutch Boy |
Sementara tokoh lain, Max (Jim Sturgess), atasan Jake
yang tak lain juga adik kandungnya mengendalikan dari bumi. Saat kemudian ia
menemukan kejanggalan terjadi dan kerusakan pada satelit, lalu ia pun berusaha
sekuat tenaga bersama pacarnya, Sarah Wilson (Abbie Cornish) menemukan siapa
pelakunya.
Tuduhan dialamatkan pada presiden Amerika Serikat yang
diperankan oleh Andy Garcia. Tetapi tak mudah untuk mendapatkan kode dari
presiden. Kode itu yang akan menyelamatkan ratusan juta umat manusia akibat
bencana alam yang dahsyat. Maka Max menemui Menteri Dalam Negeri, Dekkom (Ed
Harris) dan meminta bantuannya. Tapi rupanya justru Dekkom hendak membunuh Max.
dari situlah Max tahu bahwa pelakunya adalah Dekkom bukan Presiden. Dekkom
melakukan itu karena ambisinya untuk menjadi presiden.
Lalu terjadilah upaya dramatis menyelamatkan presiden.
Sama seperti film-film sejenis. Berakhir dengan kejar-kejaran dan kalahnya
musuh. Hanya saja, kejar-kejaran dalam film Geostorm ini lebih dramatis, karena
dibumbui dengan bencana dahsyat yang melanda Amerika akibat satelit yang error.
Sarah dan Max berusaha menghindar dari bencana yang mengejar sekaligus juga
dari kejaran Dekkom.
Bagaimana dengan Jake? Jake-lah yang pertama kali
memberikan isyarat pada Max lewat transmisi langsung dari luar angkasa. Melalui
sebuah cerita, yang langsung bisa ditebak oleh adiknya itu sebagai sebuah sandi
rahasia. Berikut ini adalah kata-kata yang diucapkan Jake:
“Ingat hari saat ayah mengajak kita memancing? Ayah
menjatuhkan ponsel agar ikannya tidak lepas. Bukti bahwa Lawson bukan nelayan. Selama
4 jam, kita bertiga tidak menangkap apa-apa. Aku coba mensabotase tali pancing
ayah agar kita bisa pergi. Bagian teratas dari benangnya, aku menariknya agar
keluar. Tentu saja, ayah adalah mata-mata pemerintah, dia menangkap basah aku.
Percaya padaku dia bilang. Aku mengerti tidak ada yang ingin gagal. Tapi aku
lebih suka tidak menangkap ikan dengan keluargaku daripada menangkap 20 ikan
sendirian.”
Jujur, ini salah satu yang membuat saya tertarik. “Ayah
tidak pernah mengajak memancing,” kata Max. “Itu kata sandi.” Dari sanalah
mendapat petunjuk bahwa pelakunya adalah pemerintah, presiden.
Sementara itu badai semakin tidak terkendali akibat
rusaknya sistem. Di awal film Geostorm dimulai, diceritakan bahwa itu terjadi
pada tahun 2019, ketika es di kutub mencair, pemanasan global dan perubahan
iklim yang ekstrem.
Dalam film, Dubai UEA ditimpa tsunami dahsyat, India
ditimpa badai gurun yang menghancurkan rumah-rumah, Rusia terbakar oleh pijar
menyerupai lava, demikian pula Hongkong yang diguncang gempa dan naiknya cairan
panas dari dalam bumi. Mungkin mirip-mirip film 2012. Lalu tokoh-tokohnya bisa
selamat dari kejaran bencana alam. Sesuatu yang mustahil menurut saya. Tapi rupanya
banyak orang yang menikmati kemustahilan-kemustahilan seperti itu.
badai di India |
Dalam fiksi sains, mungkin, kemustahilan justru
keasyikan tersendiri. Saya tak paham, hanya orang sains yang bisa menjelaskan.
Ketakmungkinan yang berulang demi “menyelamatkan”
tokoh utama agar film Geostorm ini berakhir dengan happy ending. Lalu ditambahlah kegembiraan itu dengan ditangkapnya
musuh, Dekkom, yang dalam shoot
terakhirnya berkata pada presiden, “Aku memutar kembali waktu ke tahun 1945
saat Amerika adalah negara terbesar. Bukan hanya sebuah bank yang menyamar
sebagai sebuah negara.”
Geostorm layak untuk tidak ditonton karena ceritanya yang
kurang menarik. Meski bagi saya, acting para tokohnya cukup menarik. Tapi begitulah
film. Andai yang main adalah Brad Pitt dan Angelina Jolie sekali pun kalau
kisahnya amburadul, maka ya tetap tidak menarik.
Pengulas: Rafif Amir
Pengulas: Rafif Amir
Saya kasih rating 2,5 untuk film ini.
0 komentar:
Posting Komentar